Zong Qinghou - Orang Miskin yang Menjadi Terkaya di China - Nama perusahaannya mungkin terdengar lucu, Wahaha. Namun berkat perusahaan inilah Zong Qinghou menjadi orang terkaya di China saat ini.
Wahaha adalah merek minuman ringan di Negeri Tirai Bambu yang kini sudah merambah dunia. Nama itu unik dan mungkin membuat tersenyum orang yang pertama mendengarnya karena mirip gambaran orang tertawa.
Arti harfiahnya memang tak jauh-jauh dari hal itu yaitu "Anak Kecil Tertawa". Mungkin ini kiat jitu Zong untuk membuat produknya cepat berkembang karena mereknya sederhana, mudah diingat, dan mengundang senyum simpul. Setidaknya, Zong sudah membuktikan kredo bisnis manjur yang dianjurkan banyak pakar pemasaran mengenai efektifnya sebuah merek sederhana.
http://www.andriewongso.com/otherimage/0-000000000000terkayachina.jpg" src="https://mail.google.com/mail/u/0/?ui=2&ik=f3498f9d0b&view=att&th=139b43f0ae0e90c4&attid=0.2&disp=emb&realattid=f25bd23c19e93b27_0.1&zw&atsh=1" border="0" height="264" width="264">
Kisah Zong
Perjuangan Zong menjadi pengusaha sangat inspiratif. Ia bukan lahir dari keluarga kaya. Lelaki kelahiran Hangzhou tahun 1945 ini berasal dari keluarga biasa-biasa saja. Orangtuanya adalah guru. Jenjang pendidikan yang diikutinya pun tak tinggi, cuma sampai SMP. Setelah lulus sekolah, Zong harus bekerja di ladang pembuat garam di Zhoushan. Setelah itu ia menekuni banyak pekerjaan. Namun yang paling lama bekerja di perkebunan teh yang ia jalani sampai 15 tahun.
Bosan dengan pekerjaan itu, tahun 1979 ia pulang ke kota kelahirannya untuk mencari pekerjaan baru. Saat itu, ibunya sudah pensiun sebagai guru. Ia kemudian mencoba menjual pop ice, minuman yang diramu dengan aneka rasa. Zong menjajakannya dengan menggunakan sepeda. Setelah beberapa lama berjualan dengan cara itu ia kemudian membuka toko kecil di sekolah tempat ibunya dulu mengajar, di Shangcheng, Huangzhou. Untuk mengefektifkan tokonya, ia tak hanya menjual minuman, tetapi juga alat-alat tulis. Tokonya pun berkembang.
Sukses kecil itu mendapat perhatian pemerintah setempat. Kebetulan pada saat itu pemerintah kota Huangzhou sedang mencari manajer untuk mengelola unit usaha Komisi Pendidikan kota itu yang hampir bangkrut. Pilihannya jatuh pada Zong. Namun perekrutan itu disertai dengan target yang harus dicapainya, yaitu Zong harus membukukan keuntungan sebesar 40.000 yuan pada tahun pertamanya sebagai sales manager. Saat itu 1 yuan sekitar Rp 400, sehingga dalam hitungan rupiah target keuntungan itu Rp 16 juta.
"Ini peluang terbaik saya untuk membuktikan kemampuan," ujar Zong. Ketika menerima tawaran itu Zong sudah berusia 42 tahun. Ia tak merasa terlalu tua untuk memulai karier ini. Untuk memacu semangatnya, surat pengangkatan bertanggal 6 April 1987 itu ia pajang. "Surat itu menunjukkan titik balik hidup saya," katanya.
Pengelolaannya dimulai dengan berjualan susu seperti yang selama ini ia jalankan, hanya saja lebih besar. Untuk itu ia mencari pinjaman dan mendapatkan modal sebesar 140.000 yuan. Ternyata dengan sikap antusias, penuh minat, dan pantang menyerah target untung sebesar 40.000 yuan bisa ia lewati. Unit usaha itu bisa membukukan keuntungkan lebih dari 100.000 yuan pada tahun pertama Zong mengelolanya.
Tak hanya itu, Zong juga mencoba terobosan baru. Ia melakukan survei terhadap 3000 anak sekolah di Hangzhou untuk mencari peluang terbaru. Ternyata banyak di antara mereka yang mengalami kekurangan gizi. Hasil survei itu ia konsultasikan dengan Profesor Zhu Shoumin dari Nutrition Department of Zhejiang Medical University. Dari sanalah Zong punya ide membuat minuman yang diperkaya oleh zat gizi yang sesuai dengan tradisi China.
Pada November 1988, divisi usaha yang dikepalainya itu meluncurkan minuman bergizi pertama di China untuk anak-anak, Wahaha. Ia juga meluncurkan slogan pemasarannya yang menggoda, "Minum Wahaha Meningkatkan Nafsu Makan". Berkat inovasinya itu Wahaha pada tahun pertamanya saja sudah bisa terjual senilai 4,88 juta yuan. Tahun ketiga omsetnya berlipat-lipat hingga lebih dari 100 juta yuan. "Pada saat itu sudah banyak perusahaan minuman bergizi di China tetapi tak ada yang menjualnya khusus untuk anak-anak. Itulah kenapa kami sukses," paparnya.
Ekspansi
http://www.andriewongso.com/otherimage/0-000000000000danone.600.jpg" src="https://mail.google.com/mail/u/0/?ui=2&ik=f3498f9d0b&view=att&th=139b43f0ae0e90c4&attid=0.1&disp=emb&realattid=f25bd23c19e93b27_0.2&zw&atsh=1" border="0" height="216" width="462">
Sukses itu membuat Zong tergoda untuk mencoba bisnis lain. Pada saat itu minuman ringan berkarbonat masih dikuasai Coke dan Pepsi. Wahaha tertarik untuk memasuki pasar ini. Dari sinilah muncul produknya yang kelak bernama "Future Cola" yang merupakan saingan Coke dan Pepsi.
Karena usahanya tak lagi satu jenis, Zong mendirikan holding-nya bernama Hangzhou Wahaha Group Corporation. Bahkan ia merambah sektor non makanan-minuman. Salah satunya membangun properti yang bernama Wahaha Food City. Sayangnya karena kurang berpengalaman proyek itu sempat mandek sekitar 6 tahun.
Kegagalan juga sempat dialami saat mendirikan usaha minuman beralkohol dan jenis minuman lainnya. Namun itu tak menghentikan Zong untuk terus melakukan ekspansi. Wahaha kemudian mengakuisisi perusahaan-perusahaan di wilayah lain untuk mempermudah distribusi produk minumannya. Walhasil usaha di bawah grup Wahaha makin lama makin banyak hingga menjadikannya perusahaan minuman terbesar di China. Apalagi Wahaha mendapat suntikan modal ketika memutuskan bekerja sama dengan Danone, perusahaan makanan terkenal asal Perancis, pada tahun 1996.
Selain mengelola perusahaan milik pemerintah Hangzhou itu, Zong juga mendirikan perusahaan-perusahaan patungan miliknya dengan serikat pekerja atau pihak lainnya. Antara lain mendirikan perusahaan investasi, perusahaan pembuatan pakaian anak, distribusi dan lain sebagainya.
Perusahaan-perusahaan itu di luar cakupan kerja sama Wahaha dan Danone yang berjumlah 5 perusahaan. Namun pada tahun 2006, Zong memutuskan menjualnya pada perusahaan itu dengan nilai lebih dari 4 miliar yuan. Akuisisi itu membuat Danone kemudian menjadi pemegang saham di 39 perusahaan Wahaha Group sekaligus menempatkan Zong menjadi salah satu orang terkaya di China.
Sayangnya kerja sama Wahaha - Danone retak pada tahun 2007. Ada yang bilang karena pihak Danone ingin menguasai manajemennya dan berusaha menyingkirkan Zong. Peliputan berita mengenai gonjang-ganjing ini mengundang simpati nasional. Zong mendapat dukungan rakyat China untuk tetap memimpin Wahaha. Sehingga sampai sekarang Zong masih menduduki kursi CEO Wahaha Group.
Zong selain mendapat gaji, juga persentase dari total penjualan perusahaannya. Belum lagi dari nilai saham yang dimilikinya di perusahaan itu. Dengan omset yang terus tumbuh, penghasilan Zong juga meningkat. Berdasarkan perhitungan majalah ekonomi Forbes, kekayaan Zong pada tahun lalu mencapai US$ 8 miliar (kalau dihitung dalam rupiah berarti sekitar Rp 70 triliun). Kekayaan sebanyak itu membuat Zong dinobatkan Forbes sebagai orang terkaya di China. Ini prestasi yang luar biasa, jika melihat modal awalnya yang nol!
Semua itu ia raih dengan kerja keras, minat yang tinggi, inovasi, dan pengembangan usaha.